MACAM PENDEKATAN INTERDISIPLINER
Makalah
ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Dosen Pengampu Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Oleh: Muh. Galang Kurniawan
NIM: 16150244
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendekatan dalam suatu ilmu studi dapat dilihat dalam
dua tipe, tipe yang pertama yaitu monodisipliner dan yang kedua adalah
interdisipliner. Pendekatan monodisipliner merupakan pendekatan studi yang
hanya menggunakan satu ilmu, yang mempunyai sudut pandang tunggal. Ciri pokok
pendekatan ini adalah mono atau satu-satunya itu. Di bagian lain pendekatan
dengan banyak ilmu lazim disebut dengan pendekatan interdisipliner atau
multidisipliner. Dalam menghadapi suatu masalah terhadap studi tidak
memungkinkan menggunakan monodisipliner karena hanya mencakup dalam satu ilmu
saja tetapi dengan interdisipliner akan menyangkut banyak ilmu karena
masalahnya menyangkut banyak aspek ilmu.
Sehingga dalam mengkaji suatu teks agama dalam islam
tidak cukup hanya dengan menggunakan makna tekstualnya saja, tetapi harus
dengan pendekatan yang multi atau interdisipliner. kemudian akan memudahkan
dalam mencerna makna dari suatu masalah.
B. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian pendekatan dalam studi islam ?
2. Apa pengertian pendekatan interdisipliner dalam
studi islam ?
3. Apa saja macam pendekatan
interdisipliner ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui pengertian pendekatan dalam studi islam.
2. Untuk
mengetahui pengertian pendekatan interdisipliner
dalam studi islam.
3. Untuk
mengetahui macam pendekatan interdisipliner.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendekatan Dalam Studi Islam
Pendekatan adalah cara pandang atau
paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan
dalam memahami agama. Dalam hal ini adalah agama Islam. Islam dapat dilihat
dalam beberapa aspek yang sesuai dengan paradigmanya.[1]
B. Pendekatan Interdisipliner dalam Studi Islam
Untuk mempelajari suatu disiplin ilmu yang telah
tersusun secara sistematis dan logis, diperlukan kematangan intelektual
tertentu, Diketahui bahwa islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi, yaitu
mulai dari dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan
dan teknologi, lingkungan hidup, sejarah, perdamaian, sampai pada kehidupan
rumah tangga, dan masih banyak lagi. Untuk memahami berbagai dimensi ajaran
islam tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali dengan berbagai
kedisiplinan ilmu. Dengan cara demikian, seorang muslim selain memiliki wawasan
yang menyeluruh dan integral tentang ajaran islam, juga dapat mengembangkannya.[2]
Pendekatan interdisipliner yang dimaksud disini adalah
kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut pandang (perspektif).
Dalam studi misalnya menggunakan pendekatan sosiologis, historis dan normatif
secara bersamaan. Pentingnya penggunaan pendekatan ini semakin disadari
keterbatasan dari hasil-hasil penelitian yang hanya menggunakan satu pendekatan
tertentu. Misalnya, dalam mengkaji teks agama, seperti Al-Qur’an dan sunnah
Nabi tidak cukup hanya mengandalkan pendekatan tekstual, tetapi harus
dilengkapi dengan pendekatan sosiologis dan historis sekaligus, bahkan masih
perlu ditambah dengan pendekatan hermeneutik misalnya.[3]
Dari kupasan diatas melahirkan beberapa catatan.
Pertama, perkembangan pembidangan studi islam dan pendekatannya sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Kedua, adanya penekanan terhadap bidang
dan pendekatan tetentu dimaksudkan agar mampu memahami ajaran islam lebih
lengkap (komprehensif) sesuai dengan kebutuhan tuntutan yang semakin lengkap
dan komplek. Ketiga, perkembangan tersebut adalah satu hal yang wajar dan
seharusnya memang terjadi, kalau tidak menjadi pertanda agama semakin tidak
mendapat perhatian, dan bahkan diacuhkan.[4]
C. Beberapa Macam Pendekatan Interdisipliner
1. Pendekatan Filsafat
Kata filsafat atau falsafat, berasal dari bahasa Yunani, dari
kata philos, yang berarti cinta, senang, suka, dan kata sophia, yang berarti pengetahuan,
hikmah, dan kebijaksanaan. Jadi filsafat dapat diartikan sebagai
cara berfikir atau pandangan yang sistematis, menyeluruh, dan mendasar tentang
suatu kebenaran.
Filsafat dalam kajian studi Islam merupakan
salah satu cara yang digunakan untuk mengungkap permasalahan dan memperoleh
solusi atas permasalahan tersebut. Pendekatan filosofis berupaya mencari
jawaban atas segala sesuatu atau hikmah di balik objek formal (fisik) dengan
ciri khas; mendalam, radikal dan sistematis.[5]
Pendekatan filsafat bersifat mendalam artinya
mengoptimalkan kemampuan akal sampai tak sanggup lagi dijangkau, radikal
artinya pembahasan dilakukan sampai ke akar permasalahan hingga tak ada lagi
yang tersisa sedangkan sitematis adalah dilakukan secara teratur dan
menggunakan metode berfikir tertentu dan universal.[6]
Pendekatan filosofis penting dilakukan sedikitnya
karena beberapa sebab berikut:
1.
Agar seseorang dapat menggunakan
pemikiran atau rasio seluas-luasnya sampai titik maksimal dari daya tangkapnya.
Sehingga seseorang terlatih untuk terus berfikir dengan menggunakan kemampuan
berfikirnya.
2.
Dapat digunakan dalam memahami
agama, dengan maksud agar mendapatkan hikmah, hakikat atau inti dari ajaran
agama, agar dapat dimengerti dan dipahami secara seksama.
3.
Agar seseorang merasakan hikmahnya
hidup secara berdampingan dengan orang lain.[7]
4.
Fisafat berperan sebagai alat untuk
mensistemasikan, membetulkan dan memastikan ajran-ajaran dalam studi Islam yang
bersifat teologi. Misalnya, masalah eksistensi Allah dan kebebasan manusia
hanya dapat dibahas dengan memakai cara pendekatan filsafat.[8]
2. Pendekatan Sosiologis
Sosiologi berasal dari Bahasa Latin ”socius” artinya teman/kawan, dan
”logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Sosiologi juga dikenal sebagai ilmu
pengetahuan tentang masyarakat.[9]
Secara terminologi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses
sosial termasuk perubahan-perubahan sosial.[10]
Adapun objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan
antara manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat.
Sedangkan tujuannya adalah meningkatkan daya kemampuan manusia dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya.
Menurut Bapak Sosiologi Indonesia yaitu Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan
proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.[11]
Sosiologi adalah ilmu tentang kemasyarakatan, ilmu yang mempelajari
segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Sosiologi didefinisikan
secara luas sebagai bidang penelitian yang tujuannya meningkatkan pengetahuan
melalui pengamatan dasar manusia,dan pola organisasi serta hukumnya. Sosiologi dapat juga
diartikan sebagai suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat
lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang
saling berkaitan. Selanjutnya sosiologi digunakan sebagai salah satu pendekatan
dalam studi islam yang mencoba untuk memahami islam dari aspek sosial yang
berkembang dimasyarakat, sehingga pendidikan dengan pendekatan sosiologis dapat
diartikan sebagai sebuah studi yang memanfaatkan sosiologi untuk menjelaskan konsep
pendidikan dan memecahkan berbagai problem yang dihadapinya. Pendidikan menurut
pendekatan sosiologi ini dipandang sebagai salah satu konstruksi sosial atau
diciptakan oleh interaksi sosial. Pendekatan sosiologi dalam praktiknya, bukan
saja digunakan dalam memahami masalah-masalah pendidikan, melainkan juga dalam
memahami bidang lainnya, seperti agama sehingga munculah studi tentang
sosiologi agama.[12]
Untuk menghasilkan suatu teori tentulah
melalui pendekatan-pendekatan, demikian halnya dengan teori-teori sosiologi.
Ada tiga pendekatan utama sosiologi,
yaitu :
1.
Pendekatan
struktural–fungsional.
2.
Pendekatan
konflik (marxien).
3.
Pendekatan
interaksionisme–simbolis.[13]
Ada empat fungsi mempelajari sosiologi, yaitu sebagai
berikut:
1.
kita akan
dapat melihat dengan lebih jelas siapa diri kita, baik sebagai pribadi maupun
sebagai anggota kelompok atau masyarakat.
2.
Sosiologi
membantu kita untuk mampu mengkaji tempat kita di masyarakat, serta dapat
melihat budaya lain yang belum kita ketahui.
3.
Dengan
bantuan sosiologi, kita akan semakin memahami pula norma, tradisi, keyakinan,
dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat lain, dan memahami
perbedaan-perbedaan yang ada tanpa hal itu menjadi alasan untuk timbulnya
konflik di antara anggota masyarakat yang berbeda.
4.
Kita sebagai
generasi penerus, mempelajari sosiologi membuat kita lebih tanggap, kritis, dan
rasional menghadapi gejala-gejala sosial masyarakat yang makin kompleks dewasa
ini, serta mampu mengambil sikap dan tindakan yang tepat dan akurat terhadap
setiap situasi sosial yang kita hadapi sehari-hari.
3. Pendekatan Sejarah (historis)
Kata historis berasal dari bahasa
Inggris ‘history’ yang artinya sejarah atau sesuatu yang berkenaan dengan
sejarah; bertalian atau ada hubungan dengan masa lampau. Secara terminologi,
sejarah atau historis adalah berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur
tempat, waktu, obyek, latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut dapat
dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, di mana, apa sebabnya, siapa
yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
Jadi
pendekatan sejarah
atau histories adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa
dengan memperhatikan unsure tempat, waktu, obyek, latar belakang, dan pelaku
dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini segala peristiwa dapat dilacak dengan
melihat kapan peristiwa itu terjadi, di mana, apa sebabnya, siapa yang terlibat
dalam peristiwa tersebut.[14]
Diantara metode studi Islam
yang pernah ada dalam sejarah, secara garis besar dapat
dibagi menjadi dua. Pertama, metode komparasi, yaitu suatu cara memahami agama
dengan membandingkan seluruh aspek yang ada dalam agama Islam dengan agama lain.
Dengan cara yang demikian akan dihasilkan pemahaman Islam yang obyektif dan
utuh. Kedua metode sintesis, yaitu suatu cara memahami Islam yang memadukan
antara metode ilmiah dengan segala cirinya yang rasional, obyektif, kritis, dan
seterusnya dengan metode teologis normative. Metode ilmiah digunakan untuk
memahami Islam yang nampak dalam kenyataan histories, empiris, dan sosiologis. Sedangkan metode teologis
normatif digunakan untuk memahami Islam yang terkandung dalam kitab suci. Melalui metode teologis
normatif ini seseorang memulainya dari meyakini Islam sebagai agama yang mutlak
benar. Hal ini didasarkan karena agama berasal dari Tuhan, dan apa yang berasal
dari Tuhan mutlak benar, maka agamapun mutlak benar. Setelah itu dilanjutkan
dengan melihat agama sebagaimana norma ajaran yang berkaitan dengan berbagai
aspek kehidupan manusia yang secara keseluruhan diyakini amat ideal.[15]
Yang jelas,
sejarah adalah fakta yang benar-benar terjadi bukan yang seharusnya terjadi, ia
adalah realitas bukan idealitas. Oleh karena itu, pendekatan sejarah amat
dibutuhkan dalam upaya kita melakukan studi Islam, karena Islam itu sendiri
turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial
kemasyarakatan.
Maka lapangan
sejarah adalah meliputi segala pengalaman manusia.
Menurut Ibnu Khaldun sejarah tidak hanya dipahami sebagai suatu rekaman perisriwa masa lampau, tetapi juga penalaran kritis untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa, adanya batasan waktu (yaitu masa lampau), adanya pelaku (yaitu manusia) dan daya kritis dari peneliti sejarah. Dengan kata lain di dalam sejarah terdapat objek peristiwanya (what), orang yang melakukannya (who), waktunya (when), tempatnya (where) dan latar belakangnya (why). Seluruh aspek tersebut selanjutnya disusun secara sistematik dan menggambarkan hubungan yang erat antara satu bagian dengan bagian lainnya.
Menurut Ibnu Khaldun sejarah tidak hanya dipahami sebagai suatu rekaman perisriwa masa lampau, tetapi juga penalaran kritis untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa, adanya batasan waktu (yaitu masa lampau), adanya pelaku (yaitu manusia) dan daya kritis dari peneliti sejarah. Dengan kata lain di dalam sejarah terdapat objek peristiwanya (what), orang yang melakukannya (who), waktunya (when), tempatnya (where) dan latar belakangnya (why). Seluruh aspek tersebut selanjutnya disusun secara sistematik dan menggambarkan hubungan yang erat antara satu bagian dengan bagian lainnya.
Secara
garis besar, terdapat lima aspek yang tidak dapat lepas sebagai Prosedur
Penelitian Sejarah sebagaimana di bawah ini:[16]
1.
Pra penelitian
2.
Pengumpulan sumber sejarah
3.
Kritik terhadap sumber sejarah
4.
Interpretasi sejarah
5.
Penulisan sejarah
Adapun
kelemahan pendekatan historis antara lain :
1.
Sikap memihak kepada pendapat dan madzhab-madzhab tertentu
2.
Terlalu percaya kepada pihak penukil berita sejarah
3.
Gagal menangkap maksud-maksud apa yang dilihat atau di dengar serta
menurunkan laporan atas dasar persangkaan dan perkiraan
4.
Persangkaan benar yang tidak berdasarkan terhadap sumber berita
5.
Kebodohan dalam mencocokkan keadaan dengan kejadian yang sebenarnya
6.
Kesukaan kebanyakan manusia untuk mendekatkan diri kepada para pembesar
dan orang-orang yang berpengaruh
7.
Ketidaktahuan tentang mode-mode kebudayaan.[17]
Sedangkan kelebihan
pendekatan historis antara lain :
1.
Melalui pendekatan sejarah seorang diajak menukik dari alam idialis
kealam yang bersifat empiris dan mendunia.
2.
Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena
agama itu sendiri turun dalam situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan
kondisi sosial kemasyarakatan.
3.
Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak untuk memasuki keadaan
yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa.[18]
Pendekatan sejarah dalam mempelajari Islam merupakan
profil campuran, yakni sebagian dari praktik tersebut ada yang dipengaruhi oleh
sejarah dan ada pula yang dipengaruhi oleh adat istiadat dan kebudayaan
setempat. Praktik pendidikan dalam sejarah tidak selamanya mencerminkan apa
yang dikehendaki ajaran Al-Qur'an dan al-sunnah.
Informasi yang terdapat dalam sejarah bukanlah dogma
atau ajaran yang harus diikuti, melainkan sebuah informasi yang harus dijadikan
bahan kajian dan renungan, memilah dan memilih bagian yang sesuai dan relevan
untuk digunakan.[19]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pendekatan merupakan suatu pandang atau cara yang
terdapat dalam suatu bidang ilmu yang kemudian digunakan untuk memahami agama
dan sebagainya, khususnya agama islam ini.
2. Pendekatan interdisipliner merupakan kajian yang
menggunakan berbagai bidang angle yang dugunakan secara bersamaan, sehingga
menciptakan hasil yang baik dan maximal dibandingkan dengan hanya satu angle.
3. Pendekatan filsafat merupakan sebuah kajian yang mengungkapkan
inti atau akar dari sebuah masalah sehingga memperoleh solusi dari permasalahan
tersebut.
4. Pendekatan sosiologi merupakan suatu kajian yang
memperlajari segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat untuk memecahkan
problem yang terjadi.
5. Pendekatan sejarah merupakan sebuah studi yang
mencakup profil campuran yang melingkupi tempat, waktu, obyek,
latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut. Yang kemudian berada dalam ajaran Al-Qur’an dan
Al-Hadist.
DAFTAR REFERENSI
Abdullah,
M. Yatimin. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Amzah, 2006
Nata,
Abuddin. Metodologi Studi Islam, cet. X , Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006.
Nata,
Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, Normatif
Perenialis, Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi, Manajemen, Teknologi,
Informasi, Kebudayaan, Politik, Hukum, Jakarta: Rajawali Press. 2009.
Lombok, Diposting
oleh Mansur. “MAKALAH PENDEKATAN HISTORIS DALAM PENGKAJIAN ISLAM.” Diakses 1
November 2017. http://menzour.blogspot.com/2016/11/makalah-pendekatan-historis-dalam.html.
Martono, Anugroho bin Harso. “Studi
Islam Interdisipliner.” Metodologi Studi Islam TK08. Diakses 25 Oktober 2017.
http://msitadriskimia.blogspot.co.id/2010/09/studi-islam-interdisipliner.html.
tautan, Dapatkan, Facebook, Twitter,
Pinterest, Google+, Email, dan Aplikasi Lainnya. “Pendekatan dalam Metodologi
Studi Islam.” Diakses 25 Oktober 2017.
http://tsu-basith.blogspot.com/2012/01/pendekatan-dalam-metodologi-studi-islam.html.
[3] Anugroho
bin Harso Martono, “Studi Islam Interdisipliner,” Metodologi Studi Islam TK08,
diakses 25 Oktober 2017,
http://msitadriskimia.blogspot.co.id/2010/09/studi-islam-interdisipliner.html.
[4] Prof. Dr. H. Khoiruddin Nasution,MA, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: ACADEMIA +
TAZZAFA, 2009), hlm. 230-232
[5] Dede Ahmad Ghazaki and Heri Gunawan, Studi Islam : Suatu Pendekatan
Dengan Pendekatan
Interdisipliner (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015), 66
[8] Suseno Franz Magnis. Harun Nasution dan Sumbangan Filsafat di
Indonesia. Edt. Abdul Halim, ( Jakarta: Ciputat Press ,2011), Hlm: 135
[9] Dapatkan
tautan et al., “Pendekatan dalam Metodologi Studi Islam,” diakses 25 Oktober
2017,
http://tsu-basith.blogspot.com/2012/01/pendekatan-dalam-metodologi-studi-islam.html.
[12] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner,
Normatif Perenialis, Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi, Manajemen,
Teknologi, Informasi, Kebudayaan, Politik, Hukum, (Jakarta: Rajawali Press,
2009), hlm.
203
[13] Ilyas
Ba-Yunus Farid Ahmad, Islamic
Sosiology; An Introduction,
terj. Hamid Basyaib, (Bandung: Mizan, 1996), h. 20 - 24.
[15] Dr. H. Abudin Nata, MA, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 112-113
[16] Lihat Dudung Abdurahman (ed.), Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan
Multidisipliner …, hlm. 50-54.
[17] Ibnu Khaldun, Al-Muqoddimah (Mesir : Muthara Muhammad), hlm 11
[18] Diposting
oleh Mansur Lombok, “MAKALAH PENDEKATAN HISTORIS DALAM PENGKAJIAN ISLAM,”
diakses 1 November 2017,
http://menzour.blogspot.com/2016/11/makalah-pendekatan-historis-dalam.html.
[19] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, cet. X , (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006), hlm. 84-85
0 Response to "Warna-Warni'e Pendekatan Interdisipliner"
Posting Komentar